Kemarin dan Besok
What are you doing right now… walking the routine, ketik saya di facebook. Seseorang bertanya, apa maksudnya, dan sebelum saya memberikan jawaban, ia menghilang dari dunia yang maya. Ahhh, mengalami perasaan itu, sungguh sangat tidak mengenakkan! Bosan, tidak kreatif, di awang-awang, menjadi seperti robot sekaligus begitu manusiawi. Hal-hal yang sebelumnya menarik menjadi tidak menarik, segala hal seperti tidak ada artinya.
Untungnya, ia segera berlalu. Dan saya kembali tersenyum, setelah cukup lama berpura-pura, saya merasa benar-benar. Dan gadis-gadis cantik di jalanan menjadi indah lagi. Mobil-mobil bagus di jalanan menjadi menarik lagi. Pepohonan yang bergoyang melambai-lambai menjadi tidak sekedar “ooo itu pohon ini” lagi. Mereka berarti, seperti saya.
Dan apa arti seorang gadis berusia sekitar 16 tahun duduk di sebuah warung pinggir jalan area Kreneng sambil menghembuskan asap dari mulutnya? Degup jantung saya saat bertanya tentang itu pada pikiran saya. Apa artinya di pukul 1 dini hari seorang gadis manis berusia sekitar 17 tahun duduk-duduk bersama beberapa remaja lelaki seumurannya di depan sebuah minimarket 24 jam? Lalu kenapa dengan pakaian yang begitu terpengaruh krisis ekonomi sejak ’98? Merah wajah saya ketika bertanya pada pasangan hidup saya, “Apa aku terlalu kuno bila berkata aku sangat terkejut melihat seorang gadis umur sekitar 16 tahun merokok bersama beberapa remaja pria di sebuah kaki lima?” (Apa yang salah, pemahaman saya tentang bagaimana seharusnya remaja, atau penyangkalan saya tentang kenyataan?)
(Ingin rasanya bertanya, apa yang salah dengan apa yang kamu hadapi, Dik? Ingin rasanya berdialog dan mendengarkan kenapa ia berlari dari senyum dan canda keluarga. Tapi apa saya siap menanggapi pernyataan bahwa keluarga bukan hal yang ia andalkan untuk mengatasi kegalauan hatinya? Bahwa pemberontakan dalam dirinya harus lampias dan tak ada lagi yang lebih membuat ia hidup kecuali itu. Ingin rasanya menyelam dalam lautan pikirannya dan menemukan jawaban serta pernyataan yang sebenarnya.)
Bila kemarin seperti ini, bagaimana besok? Lalu besoknya lagi, besok, besok, 7 besok, 30 besok, 365 besok…berkali-kali 365 besok? Waktu masih SMU kelas 2, tidak pernah membayangkan memiliki sebuah telepon lengkap dengan pager, music player, camera dalam satu benda yang bisa masuk kantong. Lalu apakah akan terjadi suatu hal yang tidak terbayangkan beberapa tahun lagi sejak kemarin? Atau bahkan besok?
(Sempat terpikir untuk bertanya kepada orang-orang, teman-teman, kakak kelas, adik kelas, bagaimanakah mereka dididik oleh orang tua mereka, apa yang mereka lakukan semasa kecil, semasa remaja, lingkungan mereka seperti apa…, sehingga menjadi orang seperti sekarang ini)
begitulah bli..saya jg punya adik lagi SMA.. nakalnya minta ampun.. dan selalu bilang “kaya ga pernah muda aja”
jdeng! mnohok.. haha.. sepertinya saia udah tuaa bangeeett gituu.. Mudalah yg bertanggung jawab! =p
Saya dididik untuk “Hiduplah saat ini”. Tak ada yang bisa merubah apa yang sudah terjadi. Dan masa depan adalah impian. So… hiduplah untuk saat ini. Namun “saat ini” pun hanya sebuah moment pendek yang akan segera berlalu…
Gadis itu ada di situ jam 1 pagi karena lagi jualan sate. Dia merokok karena bosen makan sate, jadi cari benda lain buat dimasukin ke mulutnya. Pemuda-pemuda di sebelahnya itu kakak-adeknya yang lagi nemenin dia supaya selama lagi jualan dia nggak diisengin orang. Dan bajunya yang rada bau ‘krisis ekonomi’, itu karena baju-bajunya yang lain lagi dicuci dan belum kering juga, maklum musim ujan.
Intinya, selalu ada alasan di balik semua kejadian. Tinggal kitanya aja, mau apa nggak cari tau alasan apa di balik semua kejadian itu?
kal ho naa ho